Unbelievable Love
By : Tri Lego Indah F N
Deg....
Dadaku mendesir sangat hebat. Tatapanku membelalak melihat seseorang di bangku seberang. Tiba- tiba rasa nervous menghinggapi diriku. Membuatku menjadi benar- benar tidak konsentrasi.
“Silahkan mengambil undian peserta. “
Instruksi dari panitia membuat para peserta berhamburan menuju ke meja undian.
Aku masih belum bergerak dari deretan bangku nomor dua di belakang dewan juri.
“ Hei, sudah ngambil nomor undian belum?”. Yana kawan baruku dari SMA N 1 Rumbia bertanya sambil menepuk pundakku.
“ Oh iya, belum” aku menyahut gelapan sembari dengan malas aku beranjak dari kursi.
Ku curi-curi pandang dengan seseorang di seberang bangku. Ku lihat dirinya sedang sibuk menulis sesuatu di blocknote miliknya.
“ Silahkan untuk nomor undian satu dan dua untuk menempati podium affirmative dan negative“
Ku lihat, seseorang di bangku seberang yang sedari tadi mencuri perhatianku bangkit dari tempat duduknya. Dengan mantap ku lihat dirinya beserta dua rekan satu timnya berjalan menuju arena pertandingan.
Dirinya nampak tenang. Seulas senyum tersungging di bibirnya. Tak ada raut nervous sama sekali dari raut mukanya.
“ Sekali lagi, undian nomor dua untuk bisa maju ke depan”
Suara panitia dari pengeras suara membuat semua peserta mengecek nomor undian masing-masing. Tak ada yang segera menyusul bergerak ke depan. Panitia sudah mulai resah.
“Baik, jika tidak ada peserta undian nomor dua, maka .... “
Aku bergegas membuka nomor undianku.
“Oh My God,” dugaanku benar, akulah pemilik undian nomor dua itu.
“Ttt... tunggu.......!!” aku berucap lantang memotong pengumuman dari panitia.
Seketika perhatian seisi ruangan mengarah kepadaku.
Dengan sedikit rasa malu, segera ku ajak Ari dan Yeti rekan satu tim denganku untuk bergegas maju ke depan.
“Hu......” kesal bercampur cemooh dilontarkan para peserta kepadaku. Aku tetap cuek dan segera menyesuaikan diri.
Moderator mulai membacakan aturan main dengan bahasa Inggris yang lumayan fasih. Timku menjadi tim Affirmative dan tim rivalku menjadi tim Negative.
Debat sengit, sanggah menyanggah berlangsung dengan sangat panas. Aku bersyukur karena rasa nervousku perlahan bisa ku tepis.
Debat berakhir dengan conclusion yang ku rasa sama-sama kuat.
Ini menjadi pertemuanku yang ketiga kalinya dengan lelaki yang sedari tadi membuat getaran halus di dadaku. Setelah dua event pidato bahasa Inggris beberapa bulan lalu akhirnya kami bertemu kembali pada kompetisi debate. Baru kali ini aku berhadapan langsung dengan dirinya.
Aku memberanikan diri untuk berpindah posisi duduk di dekat bangku lelaki nan cerdas itu.
“ Congratulations Brother, kemarin sudah menjadi juara ketiga speech english di Seputih Agung, salam kenal ya, saya Indah dari SMA N 1 Seputih Banyak” sapa ku sambil mengulurkan tangan sembari memberikan ucapan selamat kepadanya.
Tak ku sangka dirinya menoleh ke arahku dan lagi-lagi senyumnya membuat getaran-getaran halus mendesir di dadaku.
“ Thanks Sista, senang juga menjadi rivalmu tadi, argumenmu mantap tadi. Saya Ahmad” dijawabnya perkenalan dariku dengan dirinya menelungkupkan tangannya ke dada.
Kini suasana sudah sedikit cair. Kami saling membahas argumen kami saat debat tadi. Kadang kami juga sama- sama diam, ikut menyimak debat tim lainnya yang sedang berlaga di depan. Kemudian ikut membahas tema yang sedang menjadi topik kelompok yang sedang berlaga.
Benih – benih rasa simpati mulai subur di hatiku. Entah simpati atau rasa apa yang jelas aku semakin ingin sering berdiskusi dengan Ahmad. Wawasannya sangat luas, terlihat dari gaya bahasa saat dia berargumen. Referensinya sangat banyak dan analisisnya juga sangat tajam. Aku semakin ingin mengenal dirinya lebih jauh.
Bangku kelas 3 SMA membuat jatahku mengikuti lomba sudah tidak ada lagi. Kini aku benar-benar terfokus untuk mempersiapkan ujian nasional yang tinggal beberapa bulan lagi.
**
“ Mbak, hari sabtu minggu ada pelatihan, kalau ada waktu ikut ya, acaranya gratis dan pastinya nyesel kalau ndak ikutan” sms rayuan dari sepupuku yang umurnya satu tahun lebih tua dariku sedikit membuatku tertarik, karena aku memang suka mengikuti pelatihan.
“ Oke, acaranya jam berapa? Tempatnya di mana?”
“ Di ICMI mulainya Sabtu ba’da ashar”
“Oke “
Dengan membawa peralatan lengkap segera aku meluncur ke tempat pelatihan. Di sana sudah banyak peserta yang datang.
Hari pertama pelatihan aku sudah mulai mengenal satu persatu nama peserta. Dan mereka semakin akrab denganku karena aku termasuk peserta paling cerewet karena sering bertanya ketika sesi tanya jawab berlangsung.
Hari kedua yang menjadi hari terakhir dari pelatihan yang ku ikuti terasa begitu cepat. Mungkin karena aku sangat menikmati pelatihan. Hingga tibalah kami pada materi manajemen aksi. Cukup lima belas menit materi manajemen aksi diberikan, karena kami akan melakukan simulasi manajemen aksi.
Pandanganku menerawang jauh, membayangkan diriku tengah mengikuti sebuah aksi besar seperti aksi penggulingan rezim Soeharto tahun 1998. Begitu heroik dan memiliki ruh luar biasa gerakan aksi mahasiswa dan seluruh kalangan yang bersatu padu dalam aksi terbesar sepanjang sejarah negeri ini.
“ Teman- teman, kita akan melakukan simulasi aksi mengenai isu korupsi para anggota dewan, silahkan tuliskan keluh kesah kawan-kawan dalam karton yang sudah kami sediakan, tentukan juga seluruh perangkat aksi seperti korlap, jendlap, negosiator, dll seperti materi yang telah kalian terima tadi. Setelah itu kita akan belajar membuat border untuk melindungi diri kita dari ancaman para penyusup. “
Kami semua, seluruh peserta sibuk dengan persiapan simulasi, dan kali ini aku ditunjuk sebagai tim negosiator.
Kami sangat menikmati jalannya simulasi, terlebih “bom molotov” berupa air blau dibungkus plastik yang telah dipersiapkan panitia didentumkan saat kami tengah penuh semangat beraksi sambil menyanyikan lagu sentilan bagi pejabat negeri. Dentuman “bom molotov” di barisan tengah sempat membuat barisan aksi kocar kacir, namun jendlap segera memberikan instruksi untuk segera merapatkan barisan kami sambil terus meneriakkan seruan- seruan penyemangat aksi kami.
Kami ada di sini untuk terus beraksi
Melawan reformasi
Yang sedang mati suri
Katanya reformasi
Nyatanya dagang sapi
Lawan- lawan segala korupsi..
Kami terus meneriakkan yel-yel dan tuntutan kami ke depan gedung yang kami simulasikan adalah gedung DPR. Dari dalam gedung muncul sosok yang berperan menjadi salah seorang anggota dewan yang berencana membubarkan barisan kami para demonstran.
Aku menyadari posisiku sebagai negosiator, segera aku merangsek maju ke barisan depan menemui sang “anggota dewan”, namun tiba-tiba desiran halus kembali merajai hatiku.
Laki-laki yang ku kenal dua tahun lalu berada di sini. Menjadi “ anggota dewan” yang harus ku negosiasi untuk aku bisa hearing dengan anggota dewan yang lainnya. Tergambar jelas ekspresi keterkejutan kami berdua ketika berhadapan langsung. Untunglah kami berdua segera mengkondisikan diri kami masing-masing.
Simulasi telah berakhir, diakhiri dengan evaluasi dari pemateri dan instruktur aksi kami tadi.
Pelatihan telah berakhir, kami saling bertukar nomor handphone dengan sesama peserta. Dua hari pelatihan membuat kami cepat akrab satu dengan lainnya. Kami saling berjabat tangan antara peserta dan panitia. Kini kami semua berbaur akrab.
Aku bergegas menuju ke penginapan, mengemasi semua barang-barangku. Dan akhirnya aku harus benar-benar meninggalkan tempat pelatihan yang banyak memberikanku ilmu baru dan sahabat-sahabat baru.
**
Bruk...
Ku hempaskan badanku ke kasur empuk di kamar kosanku. Belum puas aku beristirahat sayup-sayup lagu “seamo mother” terdengar, tanda ada pesan masuk di ponselku. Dengan malas aku berjalan menuju meja belajarku.
Sms dari +62897574xxx
Selamat datang agen perubahan di kampus Universitas Lampung.
Selamat berjuang bersama melawan tirani.
Kami tunggu aksi-aksi luar biasa darimu.
Tetap semangad, bergerak tuntaskan perubahan.
Salam
Ahmad
“Unbelievable, Ahmad mengirim sms padaku?.Oh My God ..., laki-laki itu”
Antara senang bercampur Ge er aku berjingkrak kesenangan.
Dunia tak selebar daun kelor teman.
Senyumku mengembang, mengingat pertemuan-pertemuan tak sengaja antara aku dengan Ahmad, yang kini menjadi senior di kampusku.
Bandar Lampung, 27 Februari 2011
At 12.00 pm
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan jejak ya setelah berkunjung :)