Putri dengan 7 Kurcaci (Lomba FF Tentang Perjodohan)
Oleh : Tri Lego Indah F N
“Kejiwaannya sedikit terganggu bu. Trauma yang diakibatkan oleh kebakaran itu rupanya melekat terlalu kuat. Sering- sering ajak mbak Wiji jalan-jalan, agar fikirannya fresh” ujar Putri kepada bu Sri, ibunda Wiji.
Ibu Sri tercenung. Hatinya gundah mengingat keadaan putri sulungnya. Kebakaran itu telah membuat hidupnya carut - marut. Kehilangan seluruh harta yang ia banggakan ternyata membuatnya jatuh hingga ke titik nadir. Wiji yang terbiasa hidup berlimpah tak kuat dengan kemiskinan yang tiba - tiba hadir.
Ia pergi dari rumah Danu, suami yang dianggapnya tak mampu mencukupinya lagi. Dan di sini, tak ada hal lain yang ia lakukan kecuali meratapi nasib. Bahkan terkadang Wiji lupa ia mempunyai tujuh orang anak yang harus diurus.
Putri, dokter muda itu ikut termangu. Ia baru dua bulan ditugaskan untuk ditempatkan di Puskesmas setempat. Gadis berparas ayu nan elok ini dikenal sangat supel dan ramah sehingga banyak dikagumi warga. Gadis asli Lampung ini juga sangat menyukai anak-anak, sehingga tak jarang, anak-anak tetangga dekat kompleks perumahannya senang bermain di rumah Putri. Termasuk ke tujuh anak Wiji yang masih kecil - kecil. Masih terlalu kecil untuk mengerti.
***
Tekanan batin yang didera Wiji membuat perilakunya semakin hari semakin aneh. Wiji bahkan sudah tak lagi peduli dengan ke tujuh buah hatinya. Hingga akhirnya anak - anak tak berdosa itu sering mengadukan tingkah ibu nya kepada Putri. Tak jarang mereka menginap di rumah Putri. Putri sendiri tak keberatan. Diusianya yang sudah melewati kepala tiga, ia merindukan sosok anak. Kesibukan kerja telah membuatnya lupa mencari pendamping hidup. Kumbang yang mencoba mendekatpun ia halau. Kini, naluri keibuannya hadir ketika melihat bocah - bocah malang itu.
“Ibumu kejang-kejang, segeralah kalian pulang”
Anak - anak Wiji tertegun, lalu berhamburan menuju rumah ibunya, diikuti Putri yang tergesa -gesa sambil menenteng semua peralatan kedokterannya.
Wiji semakin kejang, suhu badannya juga tak kunjung turun. Matanya membelalak seperti kesurupan. Putri segera mengolesi alkohol di ketiak dan telapak kaki Wiji untuk menurunkan suhu tubuhnya yang naik drastis. Perlahan suhu tubuh Wiji mendekati stabil.
“Dodho, ambilkan amplop di lemari baju Emak Nak” pinta Wiji kepada anak sulungnya.
Lekat-lekat Wiji menatap wajah ke tujuh buah hatinya. Tatapan yang menyisakan berjuta tanda tanya di hati anak-anaknya.
“Nak, ibu sangat ingin sekali bertemu dengan bapak kalian. Ibu sudah banyak berdosa mendholimi kalian juga bapak kalian. Rasanya dosa ibu sudah tak bisa dimaafkan lagi. Bawalah amplop ini kepada bapak kalian.”
Suaranya lemah. Suara isakan anak - anaknya satu satu mulai terdengar. Wiji memejamkan mata sejenak. Entah apa yang tengah bergolak di hatinya.
Ketika matanya kembali terbuka, tatapannya terpaut pada wajah Putri yang mematung di sudut kamar.
“Mbak Putri, saya titip anak-anak denganmu mbak, bolehkan saya mengajukan satu permintaan padamu mbak?” pinta Wiji penuh harap.
“Boleh mbak, apa yang bisa saya bantu?” Putri lekas menjawab.
“Jadilah ibu untuk anak-anakku”
Perlahan suara Wiji mulai melemah dan nadinya menghilang...
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
476 Kata termasuk judul dan nama penulis
Diikut sertakan dalam lomba menulis FF Perjodohan oleh Hasfa Publisher
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan jejak ya setelah berkunjung :)