Sunday, August 14, 2011

Inspirasi Menulis seorang Phoenik Wibowo




TERJEBAK DALAM TAMAN KATA-KATA
Oleh: Phoenix Wibowo

Terjebak mungkin kata yang paling tepat bagiku menggambarkan rasa ketertarikanku  dalam dunia kepenulisan. Tidak secara sengaja tentunya. Jari-jemari yang tak pernah absen menekan tuts-tuts handphone ini, entah untuk berkirim pesan singkat maupun melihat status teman di situs pertemanan mengantarkanku berkenalan dengan seorang Diva.
Diva termasyur di jamannya yang telah menelorkan sejumlah novel cerita detektif, S mara GD. tokoh sentral Kapten Kosasih,yang begitu melekat di benakku. Kegigihannya mengungkap kasus demi kasus sampai dengan kisah cintanya yang eksentik. Padahal aku membaca novel itu ketika aku masih sangat belia. Kelas lima SD kalau tidak salah. Bahkan sempat terlintas untuk menjadi seorang detektif wanita saat nanti aku dewasa. Cita-cita yang tidak lazim di tahun delapan puluhan, mengingat saat itu aku tinggal di sebuah desa kecil yang sangat jauh dari modernisasi.
Cita-cita itu pudar seiring bertambahnya usia. Aku tak lagi bisa menikmati buku bacaan apapun setelah keluarga kami berpindah-pindah rumah selama hampir empat belas tahun. Kehidupan ekonomi kami sangat tidak memungkinkan untuk meminjam buku di kios buku rental. Sedangkan waktuku telah tersita untuk ikut membantu bapak mengelola usaha jahitannya.
Sampai akhirnya kesempatan itu datang tak terduga secara tiba-tiba. Jariku terhenti disebuah nama, saat iseng melihat daftar nama friend list di Facebook salah satu teman. Karna  mengidolakannya, kuberanikan diri untuk mengirim pesan pertemanan darinya. Setelah itu muncullah beberapa nama-nama temannya sebagai suggestion. Ada nama-nama yang langsung menarik hatiku kala itu. Akhi Dirman Al-Amin, nama yang unik. Kalau kuartikan dalam bahasaku, jawa, kurang lebih Mbah Dirman yang terpercaya. Sebenarnya otakku lebih merespon nama terkhirnya “Al-Amin”. Nama ini juga merupakan nama usaha jahit Alm. Bapak. Kata beliau, ia memilih nama ini agar ia selalu diingatkan untuk memegang amanah orang lain kepadanya.  Kulihat profil mbah dirman ini. Wah, ternyata dia penulis muda berbakat dari Bima. Beberapa karyanya telah mendapatkan penghargaan tingkat daerah maupun nasional. Tanpa maksud apapun aku add pertemanan dengannya.
Lalu muncul lagi sebuah nama yang menurutku tak kalah menggoda rasa ingin tahuku. Joni Lis Efendi, perpaduan nama barat “Joni” dengan nama daerah Sumatra. Itu yang pertama kali kutangkap dari namanya. Soal artinya aku kurang tahu jelas,bahkan untuk mengira-ngira saja aku tak sanggup. Seorang penulis muda dari ranah Riau dengan seabrek prestasi sama dengan Mbah dirman. Tiga nama yang akhirnya nongkrong manis penghias daftar friend listku. Aku tak pernah sekalipun menjalin komunikasi dengan mereka. Rasa malu dan sungkan hinggap begitu dalam sehingga aku hanya menikmati status demi status yang mereka gulirkan setiap harinya.
Sampai suatu hari, aku membaca statusnya yang berterimakasih atas kiriman pulsa dari sebuah Grup Untuk Sahabat. Mengobati rasa penasaranku ku klik link Grup yang disebutkannya. Melihat profilnya membuatku jatuh cinta pada detik  juga. Bergabung dengan grup itu mungkin akan memberikanku banyak sahabat, pikirku. Namun aku harus menelan kekecewaan karna untuk menjadi anggota, aku harus diundang oleh orang yang telah menjadi anggota grup itu terlebih dulu. Bagaimana caraku? Hanya Akhi Dirman saat itu yang kutahu tapi sama sekali tak kukenal. Dengan segenap keberanian yang kukumpulkan aku menambah lagi pertemanan dengan salah satu kreator Grup Untuk Sahabat, Dang Aji. Rasa ingin yang teramat sangat untuk bergabung dengan grup ini begitu sulit untuk kujabarkan, seakan diluar logikaku sendiri. Dari kecil aku tak pernah suka menulis, baik itu menulis catatan pelajaran maupun menulis cerita. Dulu waktu sekolah aku selalu diuntungkan oleh teman-teman yang selalu bersedia mencatatkan pelajaran di papan tulis, sementara aku malah melakukan hal lain. Lalu apa untungnya aku bergabung dengan grup ini, coba. Tak tahulah… mungkin insting yang tak masuk akal ini akan ada hikmahnya. Begitulah kata hatiku.
Seminggu kemudian aku berkesempatan chating dengan Dang Aji. Disitulah dia menawarkan untuk mengundangku ke grup. Dan terwujudlah sudah keinginanku. Tak Cuma itu, Dang Aji memberi informasi lomba-lomba yang akan digelar pada bulan agustus dan even menjelang ramadhan beserta hadiah yang menggiurkan plus dorongan semangat bak seorang sales jagoan. Tanpa kusadari aku mulai mencoba menulis. Memeras otak menciptakan ide. Begitu ide masuk kantong, susah payah merangkainya menjadi sebuah cerita. Setelah kurasa mantap, kucoba menyalinnya kedalam note di facebook. Meski penulisannya amburadul karna hanya dengan bantuan hp, kuyakinkan diriku sebenarnya aku  bisa menulis, kok.
Kuendapkan tulisan itu untuk beberapa waktu. Begitu ada kesempatan dapat pinjaman laptop dari Mbak ipar dengan modem hasil belas kasihan, hee… maka kukirimkan note itu ke sahabat dekatku. Entah mengapa suara hati terus berbisik untuk mengirimkannya ke Mbak S Mara GD. Kubuang minder dan berbagai perasaan lain yang mulai mengganggu.
Kritikan positif kudapatkan darinya, memacuku menulis ide baru lagi. Kali ini aku ingin meminta masukan dari yang lain. Bingung lagi siapa yang bisa menilai tulisanku dengan obyektif. Aku pun menambah pertemanan dengan seorang penulis yang kudapat dari koment-koment di wall Mbah Akhi. Imazahra Fatimah. Respon baik kudapatkan. Mulai saat itu, interaksi yang saling mendukung kubangun bersamanya. Tantangan untuk mengikuti even FF Akar (Aku, Kau dan Ramadhan) bertambah kuat. Meski akhirnya aku tereliminasi lebih dulu sama sekali tak menyurutkan kegiatanku menulis. Aku menulis apapun yang terlintas di otakku. Untuk urusan edit mengedit keluargakulah yang selalu memberikan masukan, kurang ini, kurang itu.
Dalam sekian bulan tulisanku makin berkembang dengan begitu banyak input dari teman-teman penulis yang terus bertambah. Sepertinya aku digembleng oleh waktu dan keadaan juga kegigihanku meneliti kekurangan tulisanku sendiri dengan berkaca dari tulisan teman-teman yang rela membagi karyanya. Sungguh semua proses ini tak terbayangkan sebelumnya. Bahkan dalam mimpi sekalipun. Terus menulis dan mengirimkannya ke ajang lomba sudah menjadi pekerjaan baruku. Menjalin persahabatan dengan penulis-penulis ini memberikan inspirasi dan energi lebih untuk berbagi kepada sesama. Berbagi semangat dan sudut pandang lain satu sama lain.
Awal Desember yang ceria tawaran menyelenggarakan seminar di kota tempat tinggalku mampir begitu saja. Pengirimnya tak lain dan tak bukan adalah Mas Joni Lis Efendi. Tentu saja kesempatan ini harus segera ditangkap, tak boleh dilepas bebas. Setelah berdiskusi dengan kawan-kawan yang biasa menyelenggarakan program seperti ini, persiapan pun di rangkai dengan cukup matang. Alhandulillah, even pertama tentang kepenulisan yang pernah digelar di kota ledre cukup sukses dan membawa dampak yang menakjubkan.  
Tak berhenti disini saja, kekuatan menulis semakin membara layaknya api alam yang terpancar tiap detik. Terus dan terus. Aku pun mengepakkan sayap lebih lebar, dari hanya menulis dan menggali potensi diri sendiri, kini aku mulai membagi pengetahuan yang kudapatkan dengan orang-orang disekitarku. Taman Pintar Pelangi Rawa Balong resmi kubuka. Didalamnya kuwarnai dengan Sekolah Menulis Cerpen Writing Revolution bekerjasama dengan Mas Joni Lis Efendi, guru, sahabat sekaligus motivator terbaik.  Celoteh Bahasa Inggris dimana semua usia bisa belajar capcus menggunakan bahasa internasional. Dan juga Taman Bacaan Warga ada di dalamya.
Kini aku benar-benar terjebak di dalam taman kata-kata dan tak ingin beranjak dari dalamnya. Inilah duniaku sekarang. Taman bermain sekaligus taman pembelajaran dan taman berbagi inspirasi.


Bojonegoro, 030411  


2 comments:

Pena Inspirasi Lego said...

tulisan ini pernah diikut sertakan mbak Phoe di event milad Lego, 30 April 2011 lalu.

semoga siapapun yang membaca tulisan ini, akan sama 'terjebak' seperti mbak Phoe. Terjebak dalam taman kata yang bisa memberi inspirasi bagi kita semua.

Salud dengan segala kerja keras dan perjuangan mbak Phoe.
Kini, tugas kami-kami inilah yang akan terus meneruskan semangad mbak Phoe untuk terus berjuang dan berbagi inspirasi bagi siapapun.

Love you my dearest sista.
Semoga Allah memberi tempat terbaik bagimu di Sisi Nya.
Amin....

wawank said...
This comment has been removed by a blog administrator.

Post a Comment

Tinggalkan jejak ya setelah berkunjung :)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Walgreens Printable Coupons