Saturday, August 20, 2011

Ku Temukan Kepingan Puzzle Itu di negeri Hongkong


Ku Temukan Kepingan Puzzle Itu di negeri Hongkong
~Tri Lego Indah F N~
Aku punya banyak sahabat dan keluarga. Baik nyata maupun maya.  Namun, kedekatan itu aku rasakan berbeda. Mungkin, karena belum ada ikatan batin yang kuat dengan mereka, sehingga hanya ada satu orang yang selalu mendapat tempat spesial di hatiku. Dialah kepingan puzzle yang kutemukan di negeri bernama Hongkong.
**
            Dulu, aku dikenal sebagai pribadi yang mudah bergaul. Aku akan sangat cerewet ketika bertemu dengan orang baru. Aku pribadi yang mudah akrab dengan orang lain. Namun, sikapku itu kini berubah 180 derajat. Ketika itu keluargaku mengalami prahara yang perlahan mengubah sikapku. Aku, berubah menjadi pribadi yang sangat tertutup dan susah bergaul. Keadaan ini membuatku selalu merasa sendiri. Berbeda dengan teman-temanku yang lain, kemanapun aku pergi, tak seorangpun ikut menemaniku. Aku merasa sudah cukup nyaman tanpa seorang teman.
            Al hasil, ketika semester 3, aku telah memiliki sebuah komputer jinjing, laptop begitu biasa barang ini disebut. Setiap hari, lepita (nama yang ku berikan kepada laptopku ini) tak ketinggalan untuk ku bawa serta ke kampus. Meskipun tak ada jadwal kuliah, aku tetap pergi ke kampus sambil membawa lepita. Maklumlah, di kampus sudah ada fasilitas internet gratis berupa signal hotspot. Di tempat manapun asalkan masih di lingkungan kampus maka aku akan leluasa untuk berselancar di dunia maya.
            Aku menjadi lebih asyik dengan lepitaku dan duniaku yang baru. Dunia Maya. Dumay menjadi kawan setiaku. Aku bisa browsing apapun yang aku inginkan. Mulai dari info-info lomba sains, artikel-artikel, maupun berita-berita up to date lainnya yang sangat update disajikan oleh beberapa situs seperti kompasiana.com, antaranews, blogdetik.com, dll.
            Semenjak berkenalan dengan  dunia maya, aku mulai keranjingan menjajal semua jejaring sosial yang ku tahu. Sebut saja facebook, twitter, millatfacebook, yahoo messangger, salingsapa, kemudianers, kompasiana, dan penulismuda, semua aku memiliki akunnya. Belum lagi aku yang juga suka belajar ngeblog, mulai njajal untuk membuat blog sederhana, sesuai panduan om google  :) . Walaupun semua belum ku jajal, namun aku sudah memiliki 5 blog di blogspot dan 2 blog di multiply. Aku memang penggila dunia maya, bersamanya aku merasa tidak sendiri.
**
            Awal aku berkenalan dengan dunia fesbuk, aku baru menjalin pertemanan dengan sahabat-sahabat yang menyukai bidang sains, dan organisasi. Sehingga, kebanyakan saat itu yang menjadi friendlistku adalah teman-teman yang pernah sama-sama ikut menjadi peserta kompetisi ilmiah secara offline maupun online. Sedangkan teman-teman organisasi kami terhubung melalui lembaga BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) tingkat fakultas maupun tingkat universitas seluruh Indonesia. Barulah ketika November 2010 aku mulai tertarik dengan dunia literasi. Dan saat itulah aku mulai mencoba peruntungan untuk mengikuti event lomba menulis bertema lagu opick inspirasiku yang diadakan oleh salah satu penerbit di Jogja yaitu Leutika. Saat itu aku gagal. Namun, aku tidak patah semangat, justru itulah awal mula aku mulai tertarik untuk belajar lebih banyak mengenai dunia literasi.
            Sejak mengikuti event itu, aku selalu mengamati list daftar peserta dan nama-nama yang sering tampil sebagai juara. Mulailah aku memberanikan diri untuk mengadd mbak Mieny Angel, mbak Riawany Elyta dan Akhi Dirman Al Amin. Beberapa nama penulispun juga sudah menjadi friendlistku sebelumnya, karena nongol diartikel yang biasa ku download, seperti nama Jonru (Jonriah Ukur). Semenjak permintaan pertemanan dariku mereka konfirmasi, maka  aku selalu mengikuti catatan yang seringkali mereka buat di note fb mereka. Aku yang masih canggung untuk berkomentar, alhasil hanya jempol manisku yang ikut mejeng di postingan notes mereka itu ^_^
            Hingga, baru ku sadari, bahwa di dunia kepenulisan siapapun berhak untuk menjadi penulis. Asalkan ada kemauan, niat dan yang paling penting mau menulis. Maka siapapun berhak menjadi seorang penulis. Dan ketika itu, aku terkesima melihat banyak tenaga kerja wanita di Hongkong, Singapura dan Taiwan mereka masuk di jajaran pemenang lomba, bahkan kini telah memiliki buku yang berisi karya mereka. Baik solo maupun antologi.  Bagai dibangunkan dari alam bawah sadar, aku benar-benar terkesima. Para  BMI-Buruh Migran Indonesia,  dengan seabrek pekerjaan sebagai tenaga rumah tangga di negeri orang masih mempunyai waktu untuk menulis. Itulah yang menjadi titik awal aku menyadari bahwa aku termasuk orang yang kurang memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya.
**
            Di awal tadi sudah ku ceritakan bahwa aku pribadi yang tertutup. Namun perlahan, sejak berkenalan dengan seorang BMI asal jember aku menjadi pribadi yang sedikit terbuka. Aku yang begitu penasaran, memberanikan diri untuk menulis di dinding facebook beliau. Aku masih ingat, 17 December 2010 itu adalah awal komunikasiku terjalin dengannya. Berawal dari tulisan yang ku kirim ke wall beliau hingga berlanjut obrolan via inbox, aku merasa nyaman bersama beliau. Teman baru yang asyik, dan sangat bersahabat. Itu kesan pertama yang aku tangkap pertama kali saat mengenalnya.
            Komunikasiku dengan beliau semakin intens. Sekali lagi, kami berkomunikasi via inbox J. Kami saling sharing, saling bercerita. Herannya, aku kehilangan sosokku yang ‘tertutup’ itu, setiap kali bersapa dengannya di inbox. Aku begitu mudahnya bercerita ini itu dengan beliau. Dan aku sangat terharu, ketika itu, pertama kalinya beliau menghubungiku via sambungan telepon, akupun masih sangat ingat,  13 Januari 2011, pukul 22:36 wib itulah pertama kali aku mendengar secara jelas suara beliau. Imut sekali suara beliau J.  Namun aku tak bisa lama-lama bermanja via telepon. Karena sinyal yang kurang bersahabat, juga hape jadulku yang suka cepat lowbad baterainya. Tapi aku sudah sangat senang mendapat telepon pertama kalinya dari beliau J. Dan malam itu, aku membawa kebahagiaan itu ke alam mimpi.
**
            Bagiku, beliau adalah sahabat yang sangat memahami dengan duniaku, dunia yang ku impikan. Dunia kata-kata. Obat jiwa paling mujarab untuk menyembuhkan sesak di dada. Teman curhat yang paling setia. Dunia tulis-menulis yang menjadi impianku yang selama ini terpendam. Karena tak peroleh restu dari orang tua. Namun kini, aku tak ragu lagi untuk mencoba menggoreskan pena. Darinyalah aku belajar, keterbatasan tidak boleh menjadi alasan untuk tidak berkarya. Sekali lagi, mengenalnya, adalah anugrah terindah yang Tuhan berikan kepadaku. Beliau adalah kepingan puzle yang selama ini ku cari. Dirinya hadir di saat aku benar-benar butuh seseorang yang paham dengan diriku. Pun, aku memiliki keluarga lengkap. Orang tua yang masih lengkap dengan 1 orang kakak perempuan dan juga 1 orang kakak laki-laki. Namun, aku merasa jauh sekali dengan mereka. Mungkin, karena mereka ‘kurang memahami’ apa inginku, dan duniaku.
**
            Sembilan bulan sudah persahabatan itu tercipta. Bukan lagi persahabatan, namun sebuah keluarga kecil di ranah maya telah aku jalin bersamanya. Dirinya sudah ku anggap sebagai ibu bagiku. Kepadanya aku selalu membagi segala kesahku. Semakin ku tahu perjalanan  hidup beliau, aku semakin salud. Beliau menjalani episode hidup yang selalu penuh ‘kejutan’ yang di skenariokan Tuhan untuknya. Aku semakin bersyukur bisa mengenalnya lebih dekat. Dirinyalah motivasi dan inspirasiku untuk terus bersemangat menjalani hidup. Dirinyalah yang membuatku bersemangat untuk terus menarikan pena. Secara ragawi, kami memang belum pernah berjumpa. Kami memang hanya berada dalam ruang sebatas maya. Namun, kami seperti sahabat yang sudah lama saling mengenal dan sangat akrab satu dengan lainnya. Mungkin inilah yang dimaksud rasa ‘saling memiliki’, yang sudah melekat kuat di hati kami. Sehingga, kedekatan itu sangat terasa bagi kami, maupun orang-orang di sekitar kami. Yang terkadang ‘cemburu’ dengan kemesraan seorang ‘ibu’ dan ‘anak’ di dunia maya bernama facebook.
            Beliau bukan hanya sosok yang asyik, ramah, dan baik. Namun juga sangat pengertian dan perhatian. Aku ingat sekali, ketika itu aku ingin sekali memiliki sebuah buku ‘Surat Berdarah Untuk Presiden RI’, tak lama berselang buku itu sudah berada di Asramaku. Dan, buku itu, dikirimkan olehnya untukku. Sebagai hadiah miladku, 30 April 2011 lalu. Oh mamak.., aku benar-benar spechless menerima kado darimu..
            Membaca ‘Surat Berdarah Untuk Presiden RI’, aku jadi semakin tahu bagaimana kehidupan para BMI di hongkong. Benar-benar miris. Pun ketika aku membaca ‘Bicaralah Perempuan’ yang di sana, tercantum salam satu tulisan beliau, aku hanya bergidik ngeri, tak sampai hati membayangkan betapa kerasnya hidup di negeri orang. Namun, aku justru bangga, dalam kondisi seperti itu, waktu yang terbatas, intimidasi dari majikan, namun, para BMI masih bisa berkarya, dengan memanfaatkan sekecil apapun kesempatan untuk bisa menulis. Keren!, selalu kata itu yang tak bisa ku tolak untuk ku ucapkan setiap kali mendengar ada buku baru yang terbit, yang di dalamnya ada karya para BMI, salah satunya adalah karyamu mak. 
**
            Di jaman kemudahan teknologi informasi seperti ini, jarak tak membatasi kami untuk saling bersapa via telepon seluler. Aku juga tidak tahu, berapa banyak beliau mengeluarkan pulsa, sekedar untuk mendengar celotehku satu hingga dua jam melalui sambungan telepon. Selalu ada air mata yang tak bisa tertahan setiap kali kami bersapa. Terlebih, saat beberapa hari yang lalu (13 Agustus 2011) beliau menelponku dengan membacakan puisi untukku. Aku hanya bisa terisak haru. Tigapuluh menit, tak satupun kata terlontar dari bibirku. Aku menangis. Begitu tulus beliau  menyayangiku, seperti menyayangi darah dagingnya sendiri.
            Begitulah mungkin, jika dua hati saling terpaut. Rasa saling memiliki, membuat cinta itu tak pernah pudar. Bahkan aku semakin mencintainya. Sekalipun perjumpaan secara nyata belum pernah tercipta, namun kedekatan hati kami berdua membuat kami saling ‘merasa’ ketika diantara kami sedang dilanda rindu yang teramat dalam.
            Aku selalu merindunya, dan aku selalu berdo’a semoga pertemuan itu suatu saat bisa tercipta. Aku ingin rengkuh dalam pelukannya. Aku ingin mendapat belaian manja darinya. Aku gadis 21 tahun yang merindukan kasih sayang seorang ibu. Ibu yang paham dengan ingin seorang anaknya. Bukan maksud aku menduakan ibu kandungku. Namun, mak Yuli Riswati, adalah ibu dunia mayaku yang melengkapi kepingan puzzleku yang selama ini aku cari. Puzle yang terdiri dari keluarga nyataku dan keluarga mayaku. Kini puzle itu lengkap sudah. Dan aku, tak ingin kehilangan kepingan puzle itu. Separuh jiwaku yang ku temukan jauh di negeri beton. Kepingan puzzle itu adalah mak Yully Riswati. Mamakku di negeri Hongkong.
Saat rindu begitu menggelora, aku hanya bisa menuliskan rasa rinduku pada lembaran catatan harianku.
Setiap waktu, aku selalu menitipkan rinduku padamu lewat do’aku pada Tuhan.
Berharap perjumpaan denganmu segera tiba.
Semoga Allah berkenan mengizinkan pertemuan kita.
Aku mencintaimu karena Tuhan kita Mak.
Love You mak Yully Riswatiku sayang :)














Margakencana, 19 August 2011 , At 22:24 wib
ditulis di hari ke 19 Ramadhan, saat rindu menyergab jiwaku...


1 comments:

Pena Inspirasi Lego said...

kangen sangad dengan mamak Yully Riswati ':(

Post a Comment

Tinggalkan jejak ya setelah berkunjung :)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Walgreens Printable Coupons